Pati, Bupati Pati Haryanto menanam bibit porang di kawasan hutan Dukuh Kalongan Kidul, Desa Karangsumber, Kecamatan Winong, Kamis (23/1/2020).
Kegiatan penanaman porang ini diprakarsai oleh Asosiasi Petani Porang Pati (Asperati). Beberapa pejabat juga mengikuti kegiatan ini, di antaranya Administrator Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Pati Sukidi dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pati Muchtar Effendi.
Untuk diketahui, porang (amorphophallus muelleri) merupakan tanaman umbi-umbian yang disebut-sebut memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini masih sekerabat dengan suweg, karenanya memiliki penampilan serupa.
Ketua Asperati Luqman Saiful Hidayat mengatakan, kegiatan penanaman porang ini diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat, yang tadinya membabat hutan untuk menanaminya dengan jagung atau ketela, agar bisa beralih ke tanaman porang yang untuk membudidayakannya tidak perlu merusak hutan.
“Tanaman porang justru efektif ditanam di bawah naungan. Jadi sekaligus menguri-uri (melestarikan) hutan,” ujar dia.
Luqman menjelaskan, porang merupakan komoditas ekspor bernilai ekonomi tinggi. Di luar negeri, porang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan aneka makanan, diantaranya mie shirataki, beras analog (beras nonpadi), agar-agar konyaku, dan tahu.
“Bahkan, porang juga berguna di industri dirgantara, yakni sebagai bahan baku lem perekat untuk pesawat. Kemudian, serat dari batangnya untuk membuat baju. Ada lagi, glukomanan yang terkandung dalam porang merupakan bahan baku pembuatan kapsul,” papar dia.
Mengilustrasikan potensi ekonomi porang, Luqman menyebut, dengan modal sekira Rp 60 juta, setiap satu hektare lahan bisa ditanami sekira 40 ribu bibit.
Ketika siap panen, kira-kira 1,5 tahun setelah penanaman, masing-masingnya akan mencapai berat setidaknya dua kilo. Artinya, setiap hektare akan menghasilkan 80 ton.
Dengan harga jual per kilo Rp 10 ribu, maka setiap hektare lahan porang bisa menghasilkan Rp 800 juta.
“Itu belum termasuk panen katak atau buahnya (bintil cokelat kehitaman yang muncul pada pangkal daun tanaman porang-red.),” ucapnya.
Luqman mengatakan, menjelang masa panen umbi porang, katak bisa dipanen dua kali. Petani porang di Jawa Timur, lanjutnya, menjual katak porang dengan harga mencapai Rp 230 ribu per kilo.
Terkait pemasaran, ia menjelaskan, pihaknya sudah memiliki MoU dengan beberapa pabrik produsen mie shirataki dan konyaku. Menurutnya, mereka siap menampung seluruh hasil produksi porang Kabupaten Pati.
“Di seluruh Kabupaten Pati, secara luasan sudah ada 300 hektare lahan yang ditanami porang. Sampai sekarang masih terus bertambah. Sebab, menanam porang tergolong mudah. Ibaratnya, dilempar saja bisa tumbuh. Kalau ada hama, paling ulat. Itu pun penanganannya mudah, cukup dengan bawang putih dan tembakau,” jelas dia.
Sementara, Bupati Pati Haryanto menambahkan, pihak Perhutani sudah menyediakan lahan seluas 700 hektare untuk ditanami porang. Para petani tinggal menyiapkan bibit dan kebutuhan penanaman.
Ia juga mengatakan, pada Perubahan APBD 2020 nanti, pihaknya akan berusaha membantu pengadaan bibit.
“Itu sebagai bentuk peranan pemerintah daerah. Namun, kami kalau membantu lebih dari Rp 200 juta pasti melalui rekanan. Nanti akan kami upayakan. Supaya bisa ditanam di lahan yang sekiranya belum ditanami,” tutur dia.
Keikutsertaannya dalam kegiatan penanaman porang di Desa Karangsumber, lanjut Haryanto, diharapkan dapat memotivasi masyarakat, terutama para pemuda, untuk membudidayakan porang. Sebab, di samping menguntungkan, budidaya porang juga bagian dari pelestarian hutan.
“Anak-anak muda tidak perlu merantau ke negeri orang. Bergabung saja ke asosiasi petani porang. Hasilnya tidak kalah menggiurkan. Kemarin Menteri Pertanian dan Gubernur telah ekspor perdana di Semarang. Kita harapkan, 1,5 tahun mendatang kita juga sudah bisa ekspor porang. Makanya petani-petani kita kumpulkan,” ungkap Haryanto. Hms/Gs