Pati, Wakil Bupati Pati Saiful Arifin (Safin) berharap, para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Pati tidak menganggap keterbatasan modal finansial sebagai hambatan dalam mengembangkan usaha.
Bagi Safin, panggilan akrabnya, anggapan-anggapan seperti itu tidak akan muncul dari seseorang yang memiliki mental pengusaha.
“Jangan pernah berpikir seperti itu. Itu bukan mental usaha,” ujar Safin di hadapan anggota Komunitas UMKM Pati (KUPAT) dalam acara Tasyakuran Hari Jadi Ke-1 KUPAT di nDalem KUPAT Jalan Supriyadi Gang 3 Pati, Sabtu (26/10).
Safin menegaskan, dalam menjalankan usaha, modal dasar yang paling utama adalah kepercayaan, komitmen, kecintaan, dan jejaring.
Jika semua itu telah terpenuhi, lanjut Safin, modal finansial akan datang dengan sendirinya.
Tak hanya itu, Safin juga berpesan, para pelaku UMKM tidak sepatutnya terlalu bergantung pada program pemerintah dalam meningkatkan laju bisnis.
“Sebab, jika terlalu mengandalkan pemerintah, pelaku UMKM akan terninabobokan dan usahanya tidak akan berjalan dengan baik,” ucapnya.
Safin berharap, para pelaku UMKM tidak berkecil hati meski harus memulai usaha dengan tertatih-tatih. Baginya, memulai usaha memang berat.
Namun, dengan adanya komunitas semacam KUPAT ini, Safin meyakini, para pelaku UMKM akan sangat terbantu dalam memenuhi satu di antara modal usaha yang paling berharga, yakni jejaring.
“Dari jejaring, kita bisa memperoleh pasar, bahan baku, koneksi, dan sebagainya. Ini era bisnis kolaborasi, bukan lagi monopoli. Dengan berjejaring dalam komunitas ini, para pelaku UMKM di Kabupaten Pati bisa maju dan sukses bersama,” ungkap Safin.
Ia berharap, KUPAT yang didirikan pada 20 Oktober 2018 dan kini beranggotakan sekira 150 pelaku UMKM ini bisa terus berkembang.
“Yang lebih penting lagi, saya berharap, KUPAT dapat menjadi embrio tercapainya 15% wirausaha dari total jumlah penduduk,” ujarnya.
Safin mengatakan, jika jumlah wirausahawan mencapai 15% dari keseluruhan jumlah penduduk suatu daerah, pasti daerah tersebut akan menjadi maju.
Menurutnya, saat ini di Indonesia jumlah wirausahawan masih sekitar 3 sampai 4 persen dari total penduduk.
“Kalau sudah mencapai 15 persen atau lebih, itu sudah bisa dikatakan negara maju,” katanya.
Sementara, Ketua KUPAT Yuli Sanjoto meyakini, masih amat banyak pelaku UMKM di Kabupaten Pati yang belum bergabung di komunitas ini. Ia memperkirakan jumlahnya ada 4.000-an.
Ia berharap, ke depan, mereka bisa bergabung dan berkolaborasi bersama di dalam KUPAT.
“Karena, UMKM ini, kalau kita berjalan sendiri-sendiri tidak akan terlihat. Tapi kalau kita berkolaborasi, berkumpul bersama, kita akan semakin terlihat. Banyak juga keuntungan lain yang bisa didapat dengan berjejaring,” tegasnya.
Yuli menyebut, satu di antara keuntungan yang bisa didapat pelaku UMKM dengan bergabung di KUPAT ialah memperluas pemasaran produk.
“Misalnya kalau ada pameran besar semacam Jateng Fair. Seandainya kita daftar sebagai pribadi, berapa biaya yang harus dikeluarkan? Sedangkan kita ini di kategori usaha kecil. Kalau kita berjejaring sebagai suatu komunitas, kemudian kita bekerjasama dengan dinas atau pemerintah daerah terkait, memasarkan produk kita di pameran besar akan lebih mudah,” urainya.
Di samping keuntungan tersebut, terang Yuli, KUPAT juga memfasilitasi para pelaku UMKM baru untuk meningkatkan kepercayaan diri sebagai pengusaha melalui pelatihan-pelatihan tertentu.
“Masih banyak pelaku usaha baru yang belum cukup percaya diri. Padahal, kalau kita tidak percaya diri, bagaimana konsumen akan percaya pada produk kita? Kadang, untuk mendapatkan kepercayaan diri sebagai pengusaha memang harus berlatih dulu. Di KUPAT ada pelatihan-pelatihan semacam itu,” ujarnya. Hms/ Gs