Pati, Kegiatan rutin istighotsah kembali digelar Kamis malam (23/8) di Pendopo Kobupaten Pati.
Kegiatan doa bersama ini diikuti para Ulama’ dan Umaro’, Forkopimda, para pimpinan OPD, pimpinan Kemenag, FKUB, DPRD, TNI-Polri, dan perwakilan dari sejumlah Ormas Keagamaan dan Organisasi Wanita.
Dalam kegiatan yang rutin digelar dua bulan sekali tersebut, Bupati Haryanto menyinggung tentang masih banyaknya provokasi bernada rasis terhadap masyarakat Papua.
Hal ini menurutnya merupakan upaya memecah-belah bangsa.
Banyaknya provokasi yang bertebaran juga ia khawatirkan dapat memancing isu negatif.
“Kadang kita ini mudah diadu domba karena pengaruh media sosial. Kita jangan sampai terpengaruh. Mari tetap pertahankan kebersamaan, NKRI adalah harga mati,” tegas Haryanto.
Menurut Bupati, di Pati sendiri juga ada warga asal Papua yang hidup damai berdampingan dengan masyarakat setempat.
“Warga keturunan Papua yang sekolah di Pati juga cukup banyak, di SMP dan SMA Kayen ada beberapa. Tapi mereka sudah jadi keluarga di sini. Istrinya asli Papua suami dari sini atau sebaliknya,” ungkapnya.
Haryanto mengajak masyarakat khususnya peserta istighosah untuk bersama-sama mendoakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut Haryanto kegiatan istighosah rutin ini merupakan satu wujud senjata untuk melawan upaya pihak tertentu yang ingin merusak persatuan.
“Kegiatan kebersamaan semacam ini merupakan senjata kita sebagai tolak bala untuk melindungi kita dari upaya oknum yang hendak memecah belah bangsa. Jangan dikira pertemuan semacam ini tidak bermakna,” lanjut Haryanto.
Bupati juga mengingatkan kembali akan tema peringatan Hari Jadi Ke-696 Kabupaten Pati.
Ia menyebut, tema “Nyawiji Mbangun Pati kang Mukti” artinya bersama-sama bersatu membangun Pati yang sejahtera.
“Di sini kita bersatu padu, guyub. Jangan mau dipecah-belah,” pungkasnya. Hms/Gs